Cara Menghitung Biaya Operasional Printer untuk Usaha Fotocopy



 

 

Saat memulai usaha fotocopy, banyak orang fokus pada harga mesin saja, padahal ada satu hal penting yang menentukan untung atau tidaknya usaha ini yaitu biaya operasional printer. Mesin fotocopy dan printer pendukung memang bisa bekerja keras, tapi kalau kamu tidak tahu biaya operasional per lembarnya, kamu bisa salah menentukan harga jual dan akhirnya margin jadi tipis atau malah rugi tanpa sadar.

Di artikel ini, saya akan menjelaskan secara sederhana dan mudah dipahami mengenai cara menghitung biaya operasional printer untuk usaha fotocopy. Penjelasannya saya buat step-by-step agar pemula pun bisa mengikuti tanpa ribet.

Kenapa Menghitung Biaya Operasional Itu Penting?

Ada beberapa alasan kenapa kamu wajib tahu berapa biaya operasional printer per lembar:

  1. Agar bisa menentukan harga jual yang benar
    Jangan asal meniru harga dari usaha sebelah. Setiap mesin punya biaya operasional berbeda.
  2. Menghindari kerugian tanpa disadari
    Jika biaya cetak Rp300 tapi kamu jual Rp200, itu artinya kamu rugi setiap pelanggan datang.
  3. Memperkirakan waktu balik modal
    Perhitungan yang benar membantu kamu membuat keputusan investasi dengan tepat.
  4. Mengatur stok tinta, toner, dan sparepart
    Kamu bisa tahu kapan harus membeli persediaan baru dan berapa biaya bulanannya.

Dengan memahami biaya operasional, kamu bisa menjalankan usaha fotocopy (atau print warna) dengan lebih profesional dan efisien.

Komponen Biaya Operasional Printer yang Wajib Dihitung

Setiap printer memiliki komponen biaya operasional yang berbeda, tergantung jenisnya: laser, inkjet, atau ink tank. Tapi secara umum, biaya operasional printer terdiri dari:

  1. Biaya Tinta atau Toner
  2. Biaya Kertas
  3. Biaya Listrik
  4. Biaya Maintenance (Perawatan)
  5. Biaya Sparepart yang Bersifat Periodik

Mari kita bahas satu per satu dengan contoh yang mudah ya.

1. Biaya Tinta atau Toner (Komponen Utama)

Ini adalah biaya terbesar dalam operasional printer.

Biaya tinta per lembar = Harga tinta ÷ Jumlah cetak maksimal

Contoh Ink Tank:

  • Harga botol tinta hitam: Rp90.000
  • Kapasitas cetak: 6.000 lembar

Maka:

Rp90.000 ÷ 6.000 = Rp15 per lembar

Contoh Laser Printer (Toner):

  • Harga toner: Rp350.000
  • Kapasitas toner 2.500 halaman

Rp350.000 ÷ 2.500 = Rp140 per lembar

Dari sini kamu bisa lihat, kenapa usaha fotocopy biasanya mengandalkan mesin laser monokrom — karena hasilnya konsisten dan lebih tahan jam kerja.

2. Biaya Kertas

Komponen kedua adalah kertas. Harga kertas bisa berbeda tergantung merek dan gramasi, tapi standar usaha fotocopy umumnya memakai HVS 70–80 gsm.

Contoh:

  • Harga 1 rim kertas A4: Rp45.000
  • 1 rim = 500 lembar

Maka:

Rp45.000 ÷ 500 = Rp90 per lembar

Ini adalah biaya tetap yang harus selalu masuk ke perhitungan.

3. Biaya Listrik

Mungkin terlihat kecil, tetapi sebenarnya listrik memengaruhi total biaya per lembar, apalagi jika usaha ramai.

Contoh sederhana:

  • Tagihan listrik bulanan: Rp600.000
  • Jumlah total cetakan satu bulan: 20.000 lembar

Rp600.000 ÷ 20.000 = Rp30 per lembar

Semakin besar volume cetak, biaya listrik per lembar semakin kecil.

4. Biaya Perawatan (Service)

Ada dua jenis perawatan:

  • Perawatan rutin (membersihkan mesin, cleaning printhead)
  • Perawatan teknis (service ringan)

Misal dalam satu bulan kamu mengeluarkan:

  • Cleaning: Rp50.000
  • Service ringan: Rp100.000

Total: Rp150.000 per bulan

Jika total cetakan bulanan 20.000 lembar: Rp150.000 ÷ 20.000 = Rp7,5 per lembar

5. Biaya Sparepart

Beberapa sparepart printer harus diganti secara berkala, seperti:

  • Roller
  • Drum Unit (untuk laser printer)
  • Belt
  • Printhead (untuk inkjet)
  • Maintenance box
  • Fuser (laser printer)

Contoh untuk drum unit laser:

  • Harga drum: Rp550.000
  • Umur pakai: 30.000 lembar

Rp550.000 ÷ 30.000 = Rp18 per lembar

Contoh maintenance box inkjet:

  • Harga: Rp150.000
  • Umur pakai: 5.000 lembar

Rp150.000 ÷ 5.000 = Rp30 per lembar

 

Sparepart adalah bagian yang sering dilupakan pemula, padahal justru sangat penting dalam perhitungan.

 

Contoh Perhitungan Lengkap

 

Agar lebih mudah, kita lakukan simulasi untuk printer laser monokrom — jenis yang paling umum dipakai usaha fotocopy.

Data:

  • Toner: Rp350.000 (2.500 lembar) → Rp140/lembar
  • Kertas: Rp45.000 (500 lembar) → Rp90/lembar
  • Listrik: Rp600.000 per bulan (20.000 lembar) → Rp30/lembar
  • Perawatan: Rp150.000 per bulan → Rp7,5/lembar
  • Drum Unit: Rp550.000 (30.000 lembar) → Rp18/lembar

Total Biaya Operasional Per Lembar:

Rp140

  • Rp90
  • Rp30
  • Rp7,5
  • Rp18

± Rp285,5 per lembar

Artinya, jika kamu menjual jasa print atau fotocopy sebesar Rp500 per lembar, kamu masih mendapatkan margin sekitar: Rp500 – Rp286 = Rp214 per lembar

Jika sehari mencetak 500 lembar saja, profit kotor kamu sudah: 500 × Rp214 = Rp107.000 per hari

Dalam sebulan (30 hari): Rp107.000 × 30 = Rp3.210.000

Dan ini belum menghitung layanan lain seperti print warna, jilid, laminating, scan, dan ATK yang biasanya memberikan margin lebih besar.

Kesimpulan

Menghitung biaya operasional printer sangat penting dalam menjalankan usaha fotocopy. Dengan memahami biaya tinta, kertas, listrik, perawatan, dan sparepart, kamu bisa menentukan harga jual yang benar dan memastikan usahamu tetap untung.  Semakin teliti kamu dalam menghitung biaya per lembar, semakin jelas gambaran profit usaha fotocopy yang sedang kamu jalankan.

 

 


satria pixel