Saat memulai usaha fotocopy, banyak orang fokus pada harga mesin saja, padahal ada satu hal penting yang menentukan untung atau tidaknya usaha ini yaitu biaya operasional printer. Mesin fotocopy dan printer pendukung memang bisa bekerja keras, tapi kalau kamu tidak tahu biaya operasional per lembarnya, kamu bisa salah menentukan harga jual dan akhirnya margin jadi tipis atau malah rugi tanpa sadar.
Di artikel ini, saya akan menjelaskan secara sederhana dan
mudah dipahami mengenai cara menghitung biaya operasional printer untuk usaha
fotocopy. Penjelasannya saya buat step-by-step agar pemula pun bisa mengikuti
tanpa ribet.
Kenapa Menghitung Biaya Operasional Itu Penting?
Ada beberapa alasan kenapa kamu wajib tahu berapa biaya operasional printer per lembar:
- Agar
bisa menentukan harga jual yang benar
Jangan asal meniru harga dari usaha sebelah. Setiap mesin punya biaya operasional berbeda. - Menghindari
kerugian tanpa disadari
Jika biaya cetak Rp300 tapi kamu jual Rp200, itu artinya kamu rugi setiap pelanggan datang. - Memperkirakan
waktu balik modal
Perhitungan yang benar membantu kamu membuat keputusan investasi dengan tepat. - Mengatur
stok tinta, toner, dan sparepart
Kamu bisa tahu kapan harus membeli persediaan baru dan berapa biaya bulanannya.
Dengan memahami biaya operasional, kamu bisa menjalankan usaha fotocopy (atau print warna) dengan lebih profesional dan efisien.
Komponen Biaya Operasional Printer yang Wajib Dihitung
Setiap printer memiliki komponen biaya operasional yang berbeda, tergantung jenisnya: laser, inkjet, atau ink tank. Tapi secara umum, biaya operasional printer terdiri dari:
- Biaya
Tinta atau Toner
- Biaya
Kertas
- Biaya
Listrik
- Biaya
Maintenance (Perawatan)
- Biaya Sparepart yang Bersifat Periodik
Mari kita bahas satu per satu dengan contoh yang mudah ya.
1. Biaya Tinta atau Toner (Komponen Utama)
Ini adalah biaya terbesar dalam operasional printer.
Biaya tinta per lembar = Harga tinta ÷ Jumlah cetak maksimal
Contoh Ink Tank:
- Harga
botol tinta hitam: Rp90.000
- Kapasitas cetak: 6.000 lembar
Maka:
Rp90.000 ÷ 6.000 = Rp15 per lembar
Contoh Laser Printer (Toner):
- Harga
toner: Rp350.000
- Kapasitas toner 2.500 halaman
Rp350.000 ÷ 2.500 = Rp140 per lembar
Dari sini kamu bisa lihat, kenapa usaha fotocopy biasanya mengandalkan mesin laser monokrom — karena hasilnya konsisten dan lebih tahan jam kerja.
2. Biaya Kertas
Komponen kedua adalah kertas. Harga kertas bisa berbeda tergantung merek dan gramasi, tapi standar usaha fotocopy umumnya memakai HVS 70–80 gsm.
Contoh:
- Harga
1 rim kertas A4: Rp45.000
- 1 rim = 500 lembar
Maka:
Rp45.000 ÷ 500 = Rp90 per lembar
Ini adalah biaya tetap yang harus selalu masuk ke perhitungan.
3. Biaya Listrik
Mungkin terlihat kecil, tetapi sebenarnya listrik memengaruhi total biaya per lembar, apalagi jika usaha ramai.
Contoh sederhana:
- Tagihan
listrik bulanan: Rp600.000
- Jumlah total cetakan satu bulan: 20.000 lembar
Rp600.000 ÷ 20.000 = Rp30 per lembar
Semakin besar volume cetak, biaya listrik per lembar semakin kecil.
4. Biaya Perawatan (Service)
Ada dua jenis perawatan:
- Perawatan
rutin (membersihkan mesin, cleaning printhead)
- Perawatan teknis (service ringan)
Misal dalam satu bulan kamu mengeluarkan:
- Cleaning:
Rp50.000
- Service ringan: Rp100.000
Total: Rp150.000 per bulan
Jika total cetakan bulanan 20.000 lembar: Rp150.000 ÷ 20.000 = Rp7,5 per lembar
5. Biaya Sparepart
Beberapa sparepart printer harus diganti secara berkala, seperti:
- Roller
- Drum
Unit (untuk laser printer)
- Belt
- Printhead
(untuk inkjet)
- Maintenance
box
- Fuser (laser printer)
Contoh untuk drum unit laser:
- Harga
drum: Rp550.000
- Umur pakai: 30.000 lembar
Rp550.000 ÷ 30.000 = Rp18 per lembar
Contoh maintenance box inkjet:
- Harga:
Rp150.000
- Umur pakai: 5.000 lembar
Rp150.000 ÷ 5.000 = Rp30 per lembar
Sparepart adalah bagian yang sering dilupakan pemula,
padahal justru sangat penting dalam perhitungan.
Contoh Perhitungan Lengkap
Agar lebih mudah, kita lakukan simulasi untuk printer laser monokrom — jenis yang paling umum dipakai usaha fotocopy.
Data:
- Toner:
Rp350.000 (2.500 lembar) → Rp140/lembar
- Kertas:
Rp45.000 (500 lembar) → Rp90/lembar
- Listrik:
Rp600.000 per bulan (20.000 lembar) → Rp30/lembar
- Perawatan:
Rp150.000 per bulan → Rp7,5/lembar
- Drum Unit: Rp550.000 (30.000 lembar) → Rp18/lembar
Total Biaya Operasional Per Lembar:
Rp140
- Rp90
- Rp30
- Rp7,5
- Rp18
= ± Rp285,5 per lembar
Artinya, jika kamu menjual jasa print atau fotocopy sebesar Rp500 per lembar, kamu masih mendapatkan margin sekitar: Rp500 – Rp286 = Rp214 per lembar
Jika sehari mencetak 500 lembar saja, profit kotor kamu sudah: 500 × Rp214 = Rp107.000 per hari
Dalam sebulan (30 hari): Rp107.000 × 30 = Rp3.210.000
Dan ini belum menghitung layanan lain seperti print warna,
jilid, laminating, scan, dan ATK yang biasanya memberikan margin lebih besar.
Kesimpulan
Menghitung biaya operasional printer sangat penting dalam
menjalankan usaha fotocopy. Dengan memahami biaya tinta, kertas, listrik,
perawatan, dan sparepart, kamu bisa menentukan harga jual yang benar dan
memastikan usahamu tetap untung. Semakin teliti kamu dalam menghitung
biaya per lembar, semakin jelas gambaran profit usaha fotocopy yang sedang kamu
jalankan.
